Calon Panglima TNI Beberkan 5 Ancaman Keamanan bagi Indonesia

Calon Panglima TNI Beberkan 5 Ancaman Keamanan bagi Indonesia
KSAU) Marsekal Hadi Tjahjanto melakukan uji kepatutan dan kelayakan atau fit and proper test sebagai calon Panglima TNI di dapan para anggota Komisi I DPR. (Hendra Eka/Jawa Pos)
weRiau.com - Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Hadi Tjahjanto melakukan uji kepatutan dan kelayakan atau fit and proper test sebagai calon Panglima TNI di dapan para anggota Komisi I DPR. Hadi Tjahjanto mengungkapkan saat ini adalah lima potensi ancaman pertahanan nasional di Indonesia.
 
Pertama, ungkap Hadi, munculnya kekuatan ekonomi baru pada empat negara yaitu Tiongkok, India, Brasil, dan Rusia. Keadaan tersebut, kata dia, sangat berpengaruh kepada keamanan global.
 
"Jadi negara super power itu telah mengubah pola komitmen terhadap keamanan global," ujar Hadi dalam pemaparannya di ruang Komisi I DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (6/12).
 
Selain itu, isu-isu yang membawa mengenai suku, ras, agama dan antargolongan (SARA) sangat mengancam keamanan internasional. Karena para oknum sangat mudah masuk dan membuat gaduh lewat konflik SARA.
 
"Misalnya itu seperti terjadi di Timur Tengah, Irak, dan Syria, dan juga di Filipina," kata pria kelahiran Malang, 8 November 1963.
 
KSAU, Marsekal Hadi Tjahjanto melakukan uji kepatutan dan kelayakan atau fit and propertest sebagai calon Panglima TNI di dapan para anggota Komisi I DPR. (Hendra Eka/Jawa Pos)
 
Ancaman kedua, dikatakan mantan Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI AU, itu adalah terorisme. Menurut dia, terorisme menjadi perhatian bagi seluruh negeri. Lewat terorisme itu para kelompok radikal mewujudkan tujuan utamannya menguasai suatu negara.
 
"Jadi itu contohnya terjadi di Irak dan Syria. Itu kemudian berujung kepada proxy war," ungkapnya.
 
Apalagi, kata dia, para teroris saat ini melancarkan aksinya lewat dunia maya atau internet. Mereka terus menyebarkan paham-paham radikal untuk menambah jumlah pengikutnya yang tujuan utamanya adalah menguasai dunia.
 
"Jadi mereka menyebarkan pengaruh lewat jaringan media internet," ungkapnya.
 
Kemudian ancaman ketiga adalah perang siber. Saat ini banyak kelompok-kelompok radikal berperang lewat siber terhadap negara-negara, sehingga dibutuhkan kekuatan siber untuk menghadapi ancaman itu.
 
"Jadi keamanan lewat dimensi siber harus dijadikan pertimbangan dalam fungsi ketahanan keamanan nasional," ungkapnya.
 
Keempat, Tiongkok saat ini mulai unjuk gigi dengan kekuatan militernya. Salah satu contohnya lewat Laut Cina Selatan yang saat ini mereka ingin menguasainya. Hal itu menjadi sebuah ancaman serius bagi kedaulatan di Indonesia.
 
Apalagi dari informasi yang ia dapatkan, bahwa Tiongkok telah membangun pangkalan militer untuk menguasai daerah tersebut. Artinya mereka sudah siap untuk berperang untuk mendapatkan wilayah Laut Cina Selatan.
 
"Tiongkok ini juga berani perang di seluruh wilayah Laut Cina Selatan," tuturnya.
 
Selanjutnya kelima adalah, ancaman keamanan di negara-negara perbatasan khususnya lewat laut. Karena banyaknya perampokan yang dilakukan oleh kelompok radikal Abu Sayyaf. Misalnya di perairan Filipina Selatan.
 
"Sehingga Indonesia ini bertanggung jawab atas keselamatan dan kemanan laut Indonesia," pungkasnya.
 
 
 
 
Sumber:jawapos.com

#Nasional

Index

Berita Lainnya

Index