Sinergi Melawan Infodemi Virus Hoaks

Sinergi Melawan Infodemi Virus Hoaks

JAKARTA - 13 Januari 2021. Saat ini, kita tidak hanya menghadapi pandemi COVID-19 saja, namun juga problematika yang disebut infodemi baik dalam skala nasional maupun global. Mudahnya akses konsumsi dan produksi informasi melahirkan dunia yang penuh dengan informasi. Dimana tidak semua informasi itu benar adanya. 

Ada yang sengaja membangun informasi palsu, dan ada pula yang melakukannya secara tidak sadar karena ketidaktahuannya dan dorongan emosi sesaat. Infodemi yang dihadapi sekarang ini muncul akibat penyalahgunaan informasi (information disorder). Penyalahgunaan ini jamak ditemukan dalam bentuk hoaks atau bentuk-bentuk penyalahgunaan informasi lainnya.

Hoaks adalah informasi yang disampaikan ke masyarakat melalui saluran komunikasi tetapi tidak memiliki sumber yang jelas atau bahkan tidak ada sumber sama sekali sehingga dapat menyesatkan perputaran informasi di masyarakat. Sedangkan bentuk dari penyalahgunaan informasi dapat berupa misinformasi, disinformasi, dan malinformasi. 

Disinformasi dibuat dan diedarkan dengan memuat informasi salah yang berbahaya bagi masyarakat dimana pemuatan informasi salah tersebut dapat disebabkan oleh faktor kesengajaan maupun ketidaksengajaan. Sedangkan malinformasi adalah informasi faktual namun ditujukan untuk merugikan pihak-pihak tertentu dan misinformasi adalah informasi yang tidak tepat akibat adanya ketidaktahuan akan informasi yang tepat. 

“Penyebaran infodemi ini berefek pada biasnya informasi sehingga bisa menutupi informasi-informasi yang valid dari sumber-sumber resmi. Adanya infodemi semakin memperkeruh keadaan. Kita semua berperan sangat penting dalam menghadapi disinformasi dan hoaks. Kita perlu lebih teliti dalam menyaring informasi dan tidak terpancing dengan judul-judul informasi yang provokatif serta kemudian menyebarkannya karena dorongan emosi semata,” ujar Juru Bicara Kementerian Komunikasi dan Informatika, Dedy Permadi.

Salah satu contoh disinformasi terkait vaksin COVID-19 adalah postingan video tentang korban suntik vaksin COVID-19 di Pamekasan dilarikan ke rumah sakit. Informasi ini beredar di berbagai platform media sosial dan aplikasi pengiriman pesan. “Faktanya adalah video tersebut merupakan video lama yang beredar pada 2018," ujarnya.

Sementara itu, Ketua Presidium Masyarakat Anti-Fitnah Indonesia (Mafindo), Septiaji Eko Nugroho mengungkapkan bahwa media informasi seperti media sosial seringkali memuat informasi yang belum valid. 

“Sehingga berpotensi meresahkan masyarakat, bahkan dapat menyebabkan provokasi dan adu domba. Oleh sebab itu masyarakat harus bisa lebih berhati-hati memilih dan menyebarkan berita,” ungkapnya.

Informasi-informasi yang muncul di media sosial harus diperiksa terlebih dahulu sehingga tidak mudah terhasut. “Agar tidak mudah termakan hoaks dan hasutan kita harus melakukan cek silang dari beberapa sumber. Jangan mudah percaya informasi dari sumber-sumber yang tidak jelas yang biasa disebarkan melalui media sosial dan grup WhatsApp,” tegasnya.

Upaya Berantas Virus Hoaks Kementerian Kominfo terus meningkatkan upaya memerangi infodemi yang membawa virus hoaks atau berita bohong ini dengan menyediakan layanan pengaduan Chatbot Anti Hoaks yang dirancang untuk menjawab setiap pertanyaan publik mengenai informasi yang masih diragukan kebenarannya. Laporan yang diterima Kementerian Kominfo akan diverifikasi sebelum ditindak.

Di era informasi yang serba digital, satu disinformasi atau hoaks saja bisa diviralkan ke ribuan orang dengan cepat melalui berbagai platform. Dari catatan Kemkominfo, dalam kurun waktu 3-12 Januari 2021 sudah ada 11 disinformasi atau hoaks yang tentang vaksin COVID-19. Ini berarti hampir tiap hari ada disinformasi dan hoaks yang dibuat dan diedarkan.

“Kemkominfo juga telah berkoordinasi dengan empat platform media sosial untuk bersama-sama menangani hoaks terkait COVID-19 di Indonesia serta melakukan patroli siber terhadap konten-konten bermuatan hoaks maupun penyalahgunaan informasi dengan waktu operasi 24 jam seharidan 7 hari seminggu,” jelas Dedy Permadi.

Selain itu, Mafindo bekerjasama dengan WhatsApp juga membuat chatbot pengecek fakta. “Pada umumnya, masyarakat Indonesia hanya melihat judul berita yang sensasional tanpa membaca isinya lalu langsung meneruskannya ke grup chat mereka," tutur Septiaji Eko Nugroho. “Dengan chatbot Turn Back Hoax di nomor WA 0859-2160-0500 kita bisa memverifikasi informasi dan berperan dalam menekan disinformasi," ujarnya.

Ancaman infodemi ini sangat berbahaya bagi masyarakat. “Mari kita bersama-sama untuk tidak mudah terpengaruh sebuah informasi karena tidak semua informasi yang membanjiri dunia ini benar dan valid. Kita harus teliti dan tidak menjadi bagian dari penyebaran virus disinformasi dan hoaks ini,” pesan Dedy Permadi. (***)

#Nasional

Index

Berita Lainnya

Index