Prihatin Dengan SD Dan SMP Marginal Kuala Lala, Ini Yang Dilakukan Mahasiswa KKN STIE-I

Prihatin Dengan SD Dan SMP Marginal Kuala Lala, Ini Yang Dilakukan Mahasiswa KKN STIE-I
Mahasiswa KKN-PPM STIE-I kelompok Kuala Lala jadi guru relawan di SD dan SMP margina

INHU - Merasa prihatin terhadap  kondisi Sekolah Dasar (SD) / Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kuala Lala, Kecamatan Sungai Lala Inhu, mahasiswa KKN-PPM Angkatan XIII STIE-I berupaya mencarikan solusi agar sekolah tersebut  lepas dari sebutan marginal. 

Demikian dikatakan Ketua Kelompok KKN STIE-I Desa Kuala Lala, Dedi Syaputra, yang didampingi  Humasnya Handika Karismon, di Kuala Lala, Rabu (19/2/2020) kemaren.

"Kami sungguh prihatin dengan kondisi SD / SMP Kuala Lala itu, tidak hanya masalah bangunan, jumlah guru dan murid juga minim,” ujarnya.

Dijelaskannya, SD Kuala Lala merupakan filial dari SD Pasir Kelampaian, kelas 1 sampai kelas 5 belajar di SD Kuala Lala, sedang jelas 6 bergabung ke SDPasir Kelampaian. 
Demikian juga untuk SMP, kelas 7 dan 8 belajar dibangunan SD Kuala Lala itu, sementara kelas 9 harus bergabung ke SMP 3 Kelawat. 
Sedangkan SD dan SMP belajar pagi, berada di bangunan yang sama.

Dedi Syaputra menambahkan, fisik bangunan sekolah itu cukup bagus, hanya saja kurang perawatan dan jumlah kelasnya kurang. 
Sehingga pihak sekolah berinisiatif membagi dua atau tiga setiap lokal dengan menggunakan bahan seadanya sebagai penyekat. 

“Triplek yang dijadikan penyekat ruangan sudah pecah-pecah, bahkan sekatnya tidak sampai ke loteng, kurang lebih  hanya setinggi pinggang orang dewasa, akibatnya aktivitas pada masing-masing lokal akan saling mengganggu,” tambahnya.

Dia juga mengatakan,  ruangan yang terdapat di sekolah itu hanya ada 5. Satu ruangan dijadikan kantor, 2 ruangan untuk SD dan 2 ruangan lagi untuk SMP. 

“Dua ruangan itulah yang disekat-sekat menjadi 5 kelas,” tukasnya.

Handika yang juga Presiden Mahasiswa STIE-I Periode 2020 – 2021 ini menambahkan,  sekolah tersebut tidak memiliki papan nama, siswa SD perkelas jumlahnya rata-rata 10 orang, sedangkan siswa SMP cuma 3 orang, jumlah guru untuk SD  5 orang dan guru SMP hanya 3 orang. 

“Mungkin karena kondisi sekolah ini jauh dari kata layak serta anak-anak yang bersekolah di sini rata-rata dari keluarga menengah ke bawah, orang-orang melengketkan kata marginal kepada sekolah ini,” jelasnya.

Solusi yang dirumuskan Mahasiswa KKN STIE-I Desa Kuala Lala ini antara lain, menjadi guru bantu selama KKN, khusus mata pelajaran Matematika dan Bahasa Indonesia untuk kelas 3, 4 dan 5.  Relawannya Handika Karismon, Hartana, Niken Pratiwi, Mirna Anggraini, Dedi Syaputra, Lintang Nurvelia, dan Riska Wahyuningsih. 
Selain itu memberikan les tambahan di posko KKN kepada siswa SD dan SMP Kuala tersebut.

“Kami juga akan membuat rencana detail pengembangan sekolah ini yang akan dikoordinasikan dengan Kepala Desa dan Dinas Pendidikan,” imbuh Dedi seraya mengatakan ketika mereka berkunjung siswa maupun guru sekolah tersebut terlihat antusias dan menyambut dengan hangat.

Handika Karismon dan kawan-kawan, mahasiswa KKN-PPM STIE-I kelompok Desa Kuala Lala menjadi guru bantu di SD/SMP Kuala Lala selama KKN berlangsung 20 Feb - 17 Apr 2020 mendatang (ril)

Berita Lainnya

Index