Peringati Hari Bersejarah Kota Rengat, SPMN 1 Rengat Gelar Teatrikal

Peringati Hari Bersejarah Kota Rengat, SPMN 1 Rengat Gelar Teatrikal
Foto bersama usai penampilan teatrikal

INHU - Dalam rangka memperingati hari bersejarah kota Rengat 5 Januari 1949, Sanggar Teater SMP Negeri 1 Rengat (SATEPENSA) menggelar kegiatan teatrikal dengan tema perjuangan, pada Kamis 10 Januari 2019.

Kegiatan yang bertempat di halaman sekolah tersebut dihadiri secara langsung oleh Kepala SPMN 1 Rengat, Hj Mailis SS, M.Si dan sejumlah Wali Murid, serta diikuti oleh seluruh Majlis Guru dan Pelajar.

Kepala SMPN 1 Rengat, Hj Mailis SS, M.Si mengatakan bahwa kegiatan tersebut sengaja dilaksanakan dengan tujuan untuk mengingatkan kepada para pelajar tentang peristiwa agresi militer Belanda ke II, yang mana ribuan warga Rengat dibunuh dan dibuang di Sungai Indragiri.

Melalui kegiatan tersebut, Kepsek yang akrab disapa Buk Mai ini berpesan kepada seluruh pelajar agar meningkatkan rasa solidaritas dan nasionalisme yang tinggi untuk membentengi diri agar tak terpengaruh dengan hal-hal yang negatif.

Selain itu, Ia juga berharap kedepannya kegiatan ini terus ditingkatkan, agar menjadi pengingat bahwa di Inhu ada sejarah yang harus dikenang setiap tahunnya.

Seperti diketahui, pada 05 Januari 1949, ceritanya, bahwa dua kapal perang milik Belanda yang datang dari arah Tembilahan tiba-tiba merapat di Sungai Indragiri, Rabu, 5 Januari 1949, sekitar pukul 08.00 Wib.

Dari dalam kapal perang bernama Gajah Merah, ratusan pasukan baret merah Belanda atau sering disebut Korp Spesialie Tropen (KST) di bawah komando Kapten Skendel keluar dan membakar Markas Kodim, Markas Polisi, stasiun radio, sentral telepon, gudang pelabuhan hingga Rumah Sakit.

Kedatangan dua kapal perang Gajah Merah tersebut setelah sebelumnya pesawat Belanda membombardir Kota Rengat dan menerjunkan pasukan payung. Seketika bunyi bom yang meledak di tanah bersatu dengan pekik histeris warga yang panik.

Dengan senjata otomatis dan modern, pasukan Belanda semakin ganas dan kejam. Mereka tidak bisa lagi membedakan yang mana TNI, tentara perjuangan rakyat serta masyarakat sipil yang tidak berdosa.

Tentara Belanda menembaki anak-anak, ibu hamil dan orangtua. Tidak puas sampai disitu, tentara Belanda kemudian mengumpulkan lebih 2.000 penduduk dari segala penjuru Rengat. Mereka kemudian di bariskan di pinggir Sungai Indragiri dan setelah itu terjadilah pembantaian massal. Sungai Indragiri yang kala itu tengah banjir berubah warna menjadi merah.

Salah satu yang tewas adalah ayah dari penyair Indonesia Chairul Anwar yaitu Bupati Tulus yang mana pada saat itu menjadi Bupati Indragiri saat kejadian tersebut ia mendapatkan laporan tentang penyerbuan tentara Belanda memilih tetap bertahan di Kota Rengat. Namun ia kemudian ditembak oleh tentara Belanda di depan istri dan anak-anaknya. Jasadnya dibuang di Sungai Indragiri bersama jasad ajudannya Tandean yang turut ditembak tentara Belanda.

Serangan yang dilancarkan oleh Belanda itu adalah upaya Belanda untuk memecah belah kabupaten Indragiri supaya lepas dari NKRI, namun berkat upaya, perjuangan serta pengorbanan oleh pahlawan yang gagah berani mampu mempertahankan Kabupaten Indragiri Hulu ini tetap dalam kesatuan NKRI. (ir)

#Pendidikan

Index

Berita Lainnya

Index