Money Politic

Ada Cara yang Tidak Membuatmu Terpaksa

Ada Cara yang Tidak Membuatmu Terpaksa
Budiyono

Oleh : Budiyono

Dilansir dari ilmu para ulama Islam, kemudian saya mengamininya. Kemudian saya benar benar ingin Indonesia bersih dari politik uang (Money Politice). Sebab, dampak buruk dari monney politic ini ternyata begitu miris kita lihat. Bagaimana mungkin , lantaran tak memilih calon yang membayarnya maka orang itu bisa ditandai seumur hidup sebagai penghianat, atau bisa saja si pemilih terpaksa memilih orang yang sebenarnya tak ia harapkan karena sudah dibayar. 

Biasanya para calon atau orang orangnya memberikan uang pada calon pemilih dengan alasan sekedar untuk sangu pencoblosan di Tempat Pemungutan Suara (TPS). Tapi seolah olah juga pemberian itu merupakan kunci mati buat para pemilih untuk tidak sekali kali berani lari dari harapan para praktisi money politic. Ini benar benar dilema seperti harus menelan buah Simalakama. Politik Uang begitu trendy sebagai budaya dan sudah lazim diterima. 

Jika tidak diterima atau di tolak, maka barangkali kita akan di cap orang sebagai orang orang yang sombong atau sok suci. Ada juga was was para pemilih ketika harus menghadapi tawaran itu. Uang di ulurkan tiba tiba dengan wajah pemberi seolah memelas atau seolah olah iklas. Namun betapa pun itu kita rasakan tak lain dan tak bukan tujuannya hanya satu yakni membeli suara hati kita dengan uang. Ini tidak bisa dipungkiri sehingga wajar saja para calon begitu yakin bisa menghitung suara yang bakal dapat di peroleh dalam hitungan KPU nanti. 

Money politic benar benar mempertaruhkan diri sebuah harga diri rakyat. Rakyat dipaksa menerima kenikmatan sementara namun ke depan rakyat juga yang harus menerima resiko baik buruk kepemimpinan para praktisi money politic. Jangan harap rakyat bisa menuntut aspirasi lebih banyak bahkan bertanya sekalipun sudah tidak berhak kepada pemimpin yang lahir dari teori membayar suara. Bahkan suatu ketika kenyataan pahitlah uang harus kita hadapi. 

Dimana para calon yang sudah membeli suara itu akan berlaku sesuka hati saat mereka berhasil duduk di kursi parlemen ataupun kursi kekuasaan. Tak jarang kita lihat jendela mobil mobil anggota DPR yang tertutup rapat dengan kaca tak tembus pandang saat melintas di perkampungan atau mobil mereka meluncur secepat Kilat seolah sedang diuber setan. Ini tak mengherankan, sebab harga duri kita sebagai rakyat yang layak di sapa sudah mereka bayar dengan uangnya. 

Nah, untuk mensiasati money politic ini banyak para pemikir memecahkan solusi terkait bagaimana melawannya. Ada satu ceramah seorang mubaligh yang sesungguhnya ingin mengajarkan bagaimana caranya melawan money politic. Hanya saja ceramah itu tak semua jamaah mungkin mampu mencernanya. Atau barang kali tak semua jamaah perduli bobot penyampaiannya. Hingga di sinilah saya menuangkannya dengan niat membaginya kepada orang orang yang berakal. 

Dikatakan sang Ustadz, sesungguhnya ada cara jitu melawan praktik money Politik. Bukan harus berdoa siang malam ataupun dengan rasa yakin bahwa suara terbanyak itu adalah suara tuhan. Akan tetapi hal itu bisa dilakukan dengan tetap menggunakan uang. Namun sifatnya bukan seperti membeli suara. Akan tetapi mirip dengan jual beli. Hingga ustadz tersebut menafsirkan jika metode seperti itu diyakininya sebagai teori yang halal. Disini juga butuh kesadaran tinggi para calon pemilih untuk memaklumi dan mendukung langkah langkah bersih dalam menempuh kemenangan suara atas pencalonan pemimpin atau sejenisnya dalam Pemilu. 

Lantas bagaimana sistem jual beli itu ? Kata Sang Ustadz, tidaklah terlarang oleh agama sebuah praktik jual beli. Misal, calon pemilih diketahui memiliki jam tangan. Para calon boleh saja menawar jam tangan mereka untuk dibeli dengan harga yang maksimal dan menguntungkan si pemiliknya. Dianjurkan barang barang yang di beli itu juga memiliki pasar yang baik, jika tidak maka masuklah dalam prinsip iklas demi kebersamaan. Kemudian katakanlah pada calon pemilih bahwa itu adalah sebuah upaya perlawanan kepada sistem money politic yang sesuai dengan hukum moral dan agama. Walau A'lam Bishowab.(by)

Berita Lainnya

Index