HAMPIR semua sendi-sendi perekonomian tergoyahkan oleh dampak Corona Virus Disease (Covid-19), tidak hanya pengusaha dan industri besar, pelaku usaha kecil menengah juga merasakan dampak Covid-19.
Seperti yang dialami oleh para pedagang pakaian dikios-kios pasar rakyat Rengat, Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu), Riau.
Hampir seluruh pedagang pakaian berskala kecil itu terdampak oleh Covid-19. Kondisi serupa mungkin juga dialami puluhan bahkan ratusan pedagang kecil dipasar rakyat lain di Kabupaten Inhu.
Rini (33) salah seorang pedagang pakaian yang setiap hari menggelar dagangannya disebuah kios kecil di pasar rakyat Rengat, Minggu 20 Desember 2020 menceritakan sedikit kisah dan perjuangannya melawan dampak Covid-19 yang sudah setahun melanda seluruh belahan dunia, tak terkecuali Kabupaten Inhu.
Ibu muda yang memiliki dua anak Balita ini mengatakan, dari sekian banyak padagang, mungkin hanya pedagang pakaian berskala kecil sangat merasakan langsung dampak corona.
Apalagi, beberapa bulan sebelum corona mewabah ke Indonesia, hingga sampai ke Rengat, ekonomi masyarakat Inhu goyang akibat rendahnya harga jual Tandan Buah Sawit (TBS) ke pabrik-pabrik pengolahan CPO.
"Ketika harga sawit turun jauh, bahkan tidak sampai Rp 1000/kg, sejak itu pula sudah jarang pembeli yang datang ke kios ini," ucapnya.
Rini bercerita, ketika ditanya pada pelanggan yang sering membeli baju atau pakaian di kiosnya, hampir semua menjawab jika semenjak harga buah sawit turun, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja cukup sulit, apalagi membeli pakaian baru.
Sebab, masyarakat yang datang berbelanja di pasar rakyat Rengat mayoritas adalah petani kebun kelapa sawit serta golongan ekonomi menengah kebawah lainnya.
Kondisi ini terjadi selama berbulan-bulan, harga buah sawit sangat murah, ternyata berdampak besar pada aktifitas jual beli di pasar rakyat Rengat dan pasar tradisional lainnya.
Belum selesai masalah harga buah sawit yang anjlok, akhir tahun 2019 lalu, datang pula wabah menakutkan yakni Covid-19.
Kondisi ekonomi masyarakat diperparah oleh aturan lock down dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diterapkan pemerintah sebagai upaya mencegah dan memutus mata rantai penyebaran Covid-19.
Selama beberapa bulan, semua aktifitas ekonomi masyarakat seakan terhenti, jangankan untuk membeli pakaian, datang kepasar saja boleh dihitung dengan jari, begitu sepinya pengunjung pasar.
Pasar mulai ramai pengunjung setelah pemerintah menerapkan new normal atau adaptasi kebiasaan baru sampai saat ini, namun tetap saja ekonomi masyarakat belum stabil, jangankan untuk membeli pakaian baru, memenuhi kebutuhan sehari-hari saja susah.
"Jangankan pelaris atau istilah pedagang saat barang dagangan terjual, pernah berhari-hari tak satu lembar pun pakaian kami dibeli oleh pengunjung pasar," ucapnya dengan nada mengeluh.
Namun, Rini dan puluhan pedagang pakaian lainnya tidak pasrah begitu saja, berbagai cara dilakukan agar barang dagangan mereka terjual.
Mereka memanfaatkan media sosial facebook untuk menjual dagangannya secara online.
Usaha menjual pakaian secara online, baik dengan menggelar siaran langsung dan upload foto-foto barang dagangan di media sosial itu tentulah tidak serta merta membuahkan hasil, jika beruntung, ada juga pembeli yang menawar dagangannya dan bertransaksi lewat media sosial.
"Bila transaksi disepakati, kami akan mengantarkan pesanan itu kerumah pembeli dan ada juga pembeli yang datang ke kios kami," tutupnya mengakhiri wawancara.
Feature oleh Efril Reza