Areal Pertanian Petani Desa Redang Inhu Terendam Banjir, Kerugian Ditaksir Mencapai Rp 500 Juta

Areal Pertanian Petani Desa Redang Inhu Terendam Banjir, Kerugian Ditaksir Mencapai Rp 500 Juta
Foto: grc
INHU - Desa Redang Kecamatan Rengat Barat Kabupaten Indragiri Hulu, menjadi salah satu daerah yang kerap digenangi banjir. Baik itu banjir musiman maupun banjir kiriman.
 
Seperti saat ini, ratusan hektar areal pertanian warga daerah itu sontak beorobah seperti danau akibat digenangi air banjir. Akibatnya, puluhan petani yang tergabung dalam dua kelompok tani menelan kerugian sekitar setengah miliar lebih.
 
Menurut informasi, banjir tersebut telah menggenangi areal pertanian warga itu sejak dua hari lalu, tepatnya di Dusun I dan II Redang. Tidak sedikit hasil pertanian warga yang mengalami gagal panen, terutama tanaman palawija, seperti kacang tanah, jagung dan kacang panjang.
 
Bahkan, untuk menghindari kerugian lebih banyak, para petani itu terpaksa memanen hasil pertanian mereka lebih awal. Mereka terlihat saling bahu membahu satu sama lain. Bahkan, upaya panen dini yang dilakukan warga itu juga dibantu pihak Posko 01 Karlahut Desa Redang yang terdiri dari, KLHK, Manggala Agni, Bhabinsa, Bhabinkamtibmas dan MPA (Masyarakat Peduli Api) yang ada di desa itu.
 
Ketua Kelompok Tani (Poktan) Mekar Jaya, Maslah mengatakan banjir ini bukan kali pertama, namun walaupun demikian banjir kali ini merupakan yang terparah.
 
"Banjir ini terjadi sejak, Minggu (1/10/2017) kemaren pasca diguyur hujan deras selama dua hari. Selain tanaman palawija, tanaman padi juga ikut terendam oleh banjir tersebut," terangnya.
 
"Ada dua Poktan yang mengalami gagal panen akibat banjir ini. Yakni Poktan Mekar Jaya dan Beringin Jaya, dengan luas areal yang terendam sekitar 60 hektar lebih," imbuhnya.
 
Atas hal itu tambahnya, mereka mengharapkan adanya bantuan dan perhatian pemerintah daerah setempat terhadap nasib para petani itu.
 
"Kami harap, pemerintah dapat membantu kami mencarikan solusi terkait semua ini. Kami sudah hancur, kalau pun ada yang bisa kami panen sebahagian, itu tidak seberapa dibanding kerugian kami yang ditaksir sekitar Rp500 juta lebih. Lagian harga panen muda juga ditekan oleh para tengkulak," pungkasnya. (grc)

Berita Lainnya

Index