Rohingya

Krisis Rohingya, Al Qaeda Nyatakan Perang Melawan Myanmar

Krisis Rohingya, Al Qaeda Nyatakan Perang Melawan Myanmar
foto : internet
weRiau.com- Warga Rohingya saat ini semaki tertekan oleh operasi militer Myanmar. Sedikitnya, akibat dari operasi tersebut 400 orang meninggal dan 60.000 orang turut mengungsi.
 
Salah satu seorang pemimpin senior al-Qaeda cabang Yaman, seperti dilansir Tempo, Minggu 3 September 2017, Khaled Batarfi meminta umat Islam di Bangladesh, India, Indonesia dan Malaysia untuk mendukung saudara Muslim Rohingya dalam perlawanan terhadap pemerintah Myanmar.
 
Hal ini diungkap dalam laporan pusat pemantau situs radikal di Timur Tengah, SITE. Batarfi, yang dibebaskan dari penjara Yaman pada 2015 ketika al-Qaeda di Jazirah Arab (AQAP) merebut kota pelabuhan Mukalla, juga mendesak al-Qaeda cabang India untuk melakukan serangan.
 
"Jadi luangkan upaya melancarkan jihad melawan mereka dan memukul mundur serangan mereka, dan waspadalah jika membiarkan saudara-saudara kita di Myanmar," kata Batarfi dalam pesan video yang dikeluarkan oleh yayasan media al-Malahem Al Qaeda.
 
Menurut badan pengungsi PBB, UNHCR, sekitar 58.600 Rohingya telah melarikan diri ke negara tetangga Bangladesh dari Myanmar, sepekan setelah gerilyawan Rohingya menyerang sejumlah pos polisi dan pangkalan militer di negara bagian Rakhine, yang memicu bentrokan dan serangan balik dari militer.
 
Pejabat Myanmar menuduh kelompok Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA) membakar rumah-rumah penduduk. Kelompok tersebut mengaku bertanggung jawab atas serangan terkoordinasi terhadap pos keamanan pekan lalu yang memicu bentrokan dan serangan balik militer yang besar.
 
Namun Rohingya yang melarikan diri ke Bangladesh mengatakan bahwa tentara Myanmar melakukan kampanye pembakaran dan pembunuhan untuk mengusir mereka.
 
Rohingya ditolak kewarganegaraannya di Myanmar dan dianggap sebagai imigran ilegal, meski mengklaim mempunyai akar yang berabad-abad lalu. 
 
Bangladesh, di mana lebih dari 400.000 Rohingya hidup sejak mereka mulai melarikan diri dari Myanmar pada 1990-an, juga semakin bermusuhan dengan kelompok minoritas tersebut. (tempo)

#Nasional

Index

Berita Lainnya

Index