Kisah Narapidana

Dipenjara, Wanita Transgender Ini Mengaku Diperkosa 2.000 Kali

Dipenjara, Wanita Transgender Ini Mengaku Diperkosa 2.000 Kali
Ilustrasi
weRiau.com - Seorang wanita transgender, Mary (bukan nama sebenarnya) harus menelan pahitnya hidup di penjara khusus laki-laki di penjara di negara bagian Queensland.
 
Kisah Mary ini dikutip dari laman liputan6, Minggu, 7 Mei 2017. Mary terdiam ketika mobil yang membawanya mendekati gerbang penjara, yang akan jadi 'neraka' baginya.
 
Sejak di tempat penerimaan napi baru, Mary merasa semua mata tertuju kepadanya hingga akhirnya ia tiba di selnya yang dingin.
 
Mary bukanlah narapidana ‘biasa’. Ia adalah seorang wanita transgender dan dibui dalam penjara khusus lelaki.
Apa yang terjadi padanya di penjara di negara bagian Queensland itu, yang pada tahun 1990-an dikenal sebagai penjara Boggo Road menghantui jiwanya.
 
Selama beberapa dekade, ia hidup dalam ketakutan, terbayang hal-hal buruk yang menimpanya selama berada dalam hukuman.
 
Mary dinyatakan bersalah karena mencuri mobil sehingga dijebloskan dalam penjara. Tapi, dalam pikirannya, ia adalah seorang wanita dan berharap diperlakukan sesuai identitas barunya di dalam lapas.
 
Mary tidak mengerti mengapa dijebloskan dalam kerumunan kaum pria. Dampaknya, ia diincar dan diperkosa setidaknya sekali dalam sehari oleh tahanan lain.
Ketika Mary sedang diperiksa di tempat penerimaan, ia diminta membuka seluruh pakaiannya. Ketika ia memutar badannya, tatapan-tatapan ke arahnya sungguh menakutkan. Baru saja tiba di sel kurungannya, sudah tersebar berita bahwa ia adalah seorang transgender.
 
Ia duduk di selnya, dikelilingi oleh sejumlah napi pria yang sedang menunggu sidang atau baru kembali dari sana. “Obrolannya berkisar tentang perlindungan dengan seks sebagai ganjarannya,” kata dia.
 
Mary kemudian dibawa ke sel tempat tinggalnya dan hanya dalam hitungan beberapa menit, sejumlah pria mendekatinya. “Mereka mencoba melakukan manipulasi atau mengancam supaya terlibat kontak seksual dengan mereka. Sekali saja melakukan ancaman seks itu, kita jadi mangsa empuk karena yang lain pun akan ikutan minta jatah, yang lebih tepat dikatakan sebagai pemerkosaan dan bukan sukarela.”
 
Mary mengaku tidak sekalipun ingin berhubungan seks dengan para napi, tapi ia melakukannya karena takut dihajar.
Kadang-kadang, Mary dimasukkan dalam sel untuk para napi yang memerlukan perlindungan, tapi di sana pun ia dikerjai oleh narapidana pelanggar seks.
 
“Hal itu membuatku mual, tapi tidak ada caranya melindungi diri,” katanya. Ia kemudian dipindahkan ke penjara-penjara lain di luar negara bagian, namun tetap saja dikerjai di manapun, walaupun bagi dia, Boggo Road adalah yang terburuk dan paling bengis.
 
Mary mengaku bahwa ia dipaksa melakukan tindakan seks lebih dari 2.000 kali ketika sedang menjalani hukuman selama sekitar 4 tahun. “Itu memang pemerkosaan dan saya didera dan dihajar hingga akhirnya saya sadar harus melakukannya untuk bisa bertahan hidup,” katanya. “Sungguh bak neraka di Bumi, seakan saya sudah mati dan beginilah hukuman saya.”
 
Selama masa hukumannya, Mary dipandang sebagai napi berisiko tinggi karena 3 kali mencoba kabur. Katanya,”Ini berarti saya harus menjalani masa hukuman dengan keamanan maksimum bersama dengan para napi yang paling ganas.”
 
“Saya bukan kabur untuk alasan lain, selain menghindar dari serangan seksual itu.”
 
Dalam beberapa malam pertamanya di penjara, Mary mencoba mempertahankan diri dan mendorong para napi, tapi ia kemudian dicambuki. “Setiap kali saya mengatakan tidak dan mencoba mendorong mereka, mereka terus memaksa dan bukan hanya satu atau dua orang, tapi ada segerombolan.”
 
Tapi bukan hanya pemerkosaan yang membuatnya tertekan. Ketika tiba di penjara, seorang napi memotong rambutnya hingga pendek sekali. Katanya, “Tadinya hingga setengah punggung. Rasanya seperti identitas saya sedang dirampas.”
 
Ia juga tidak mendapat asupan hormon, sehingga bulu-bulu wajahnya tumbuh lagi. “Kadar hormon berkurang cepat sekali, dan langsung lebat dalam waktu seminggu.”
Mary memperjuangkan pasokan hormon baginya, tapi ditolak sama sekali. Namun demikian, ada satu orang di dalam penjara yang mengerti dirinya.
 
Ia adalah seorang wanita transgender juga dan kerap diincar demi seks. Tidak seperti Mary, wanita transgender ini tidak sanggup lagi menanggung derita.
 
“Ia kemudian dibebaskan tapi ditangkap lagi karena melanggar masa pengampunan dan ia kemudian gantung diri supaya tidak usah kembali ke penjara,” ujar Mary.
Menurut Mary, wanita transgender diperkosa karena mereka tampak seperti wanita. Mary memang memiliki payudara, tapi tidak menjalani bedah ganti kelamin. Tidak peduli dengan itu, para napi pria tersebut hanya sekedar menginginkan seks.
 
Mary mengaku tak ingin lagi dibui. “Saya lebih baik mati daripada masuk penjara lagi seumur hidup saya.”
 
Mary mengatakan bahwa para wanita transgender yang telah menjalani bedah ganti kelamin seharusnya ditempatkan dalam penjara wanita.
 
“Saya tampak seperti wanita dan menurut saya, jika ada orang transgender tulen dan hidup sebagai perempuan, mereka harus dibui dalam penjara wanita -- bahkan kalau perlu di ruangan sendiri.”
 
Mary mengaku susah melangkah maju setelah hidupnya dalam penjara. “Saya tidak punya hubungan permanen dan tidak mempercayai kaum pria dan tidak kan pernah lagi memiliki hubungan dalam hidup saya sejak dipenjara.”
 
“Kita semua hanyalah manusia yang ingin menjalani hidup, tapi malah dicaci maki oleh masyarakat hanya karena berani menjadi diri kita apa adanya.”
 
 
Sumber: liputan6

Berita Lainnya

Index