Presiden Jokowi: Ada yang Butuh Lahan, Silakan ke Saya

Presiden Jokowi: Ada yang Butuh Lahan, Silakan ke Saya
Presiden Jokowi /foto: net

RiauKarya.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menawarkan anggota Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang memerlukan tanah untuk usaha dengan jumlah yang sangat besar, bisa memintanya langsung kepada dirinya. Asal, harus ada proposal dengan visibility studi yang jelas, sehingga terdapat keuntungan buat pemerintah dan buat si pemohon. Hal itu diutarakan Jokowi pada acara Kongres Ekonomi Umat ke-2, Jumat (10/12/2021).

“Saya pernah menawarkan ini, waktu pertemuan persis di Bandung. Karena ada yang menanyakan juga masalah itu, saya jawab sama. Kalau bapak, ibu sekalian ada yang memerlukan lahan dengan jumlah sangat besar, silakan sampaikan ke saya,” kata Jokowi saat memberikan sambutan dalam pembukaan Kongres Ekonomi Umat ke-2 Majelis Ulama Indonesia (MUI) di Hotel Sultan, Jakarta, Jumat (10/12/2021).

Ia berjanji akan mencarikan lahan-lahan yang telah dicabut konsesinya untuk digunakan dengan perhitungan usaha yang jelas.

“Akan saya carikan, akan saya siapkan. Berapa? 10.000 hektare, bukan meter persegi loh, 50.000 hektare, tapi dengan sebuah hitung-hitungan proposal yang visible. Artinya ada visibility study yang jelas, akan digunakan apa lahan itu. Akan saya berikan, akan saya usahakan untuk memberikan itu. Karena saya juga banyak stok, tapi enggak saya buka kemana-mana. Kalau bapak, ibu sekalian ada yang memiliki (proposal), silakan datang ke saya diantar Buya Anwar Abbas,” jelas Jokowi.

Selain syarat membawa proposal, syarat lainnya adalah warga yang ingin lahan tidak boleh menentukan sendiri lokasi lahannya melainkan Jokowi yang menentukan lokasi lahan yang akan diberikan.

“Silakan untuk apa. Tapi jangan menunjuk, pak saya yang di Kalimantan saja. Saya yang memutuskan, oh bapak butuh 10.000, saya berikan ada ini di Sumatera, oh 50.000 saya ada ini di Kalimantan, dengan sebuah visibility studi ya, hitung dan kalkulasinya yang jelas. Jangan sampai kita berikan tahu-tahu diambil juga yang itu lagi, dibeli yang itu lagi,” tegas Jokowi.

Semua ini dilakukan untuk memperkecil tingkat ketimpangan (gini ratio) yang waktu ia menjadi Presiden mencapai 0,41 lebih.

“Gini ratio waktu saya masuk 0,41 lebih, kepikiran. Gap seperti itu kepikiran, jangan dipikir saya enggak kepikiran, kepikiran. Karena saya merasakan jadi orang susah, merasakan betul. Dan enak menjadi orang yang tidak sudah, memang,” tutur Jokowi.
 

#Nasional

Index

Berita Lainnya

Index